KOMPAS.com - Pemerintah Senegal meningkatkan upaya untuk memberantas pengemis di jalan-jalan di negara Afrika Barat ini. Ada puluhan ribu anak berkeliaran dengan kaki telanjang dan menyerbu mobil-mobil untuk mengemis. Mengemis telah secara resmi dilarang sejak 2005, tetapi relatif tidak berhasil.
Sebuah laporan oleh sebuah organisasi HAM internasional tahun ini menggambarkan bagaimana anak-anak yang menjadi murid-murid sekolah —ada yang baru berusia 4 tahun— dipaksa mengemis dan dipukuli kalau tidak membawa hasil. ”Kalau Anda tidak pulang dengan 250 franc (sekitar Rp 5.000), Anda bisa menderita segala macam teguran,” kata Abdourahmane Ka (12), yang tinggal di pinggiran Dakar.
PM Souleymane Ndene Ndiaye, Selasa malam, mengatakan, mereka yang mengemis akan mendapat tempat tinggal kalau meninggalkan aksi mereka di jalan-jalan Dakar dan kota-kota besar lain untuk menerima bantuan dari badan-badan amal. ”Pemerintah memulai tindakan yang lebih efektif untuk memberantas mengemis, yang dilarang oleh hukum,” katanya.
Eksploitasi murid
Dalam sebuah pernyataan, pemerintah menyatakan telah ”menginstruksikan pihak berwenang dan polisi untuk memberlakukan undang-undang yang melarang mengemis mulai Kamis”. Pemimpin-pemimpin keagamaan di Senegal, yang dikenal sebagai marabouts, mempunyai pengaruh politik yang besar di negara itu. Orangtua-orangtua mengirim anak-anak mereka ke sekolah-sekolah keagamaan yang dikelola marabouts.
Mereka berharap anak-anak mereka mendapat pendidikan agama, juga karena sekolah gratis. Namun, beberapa marabouts membuat sekolah itu menjadi industri eksploitatif dengan memaksa anak-anak muridnya meminta-minta di jalan.
Laporan Human Rights Watch menyebutkan, sedikitnya 50.000 anak di negara 12 juta penduduk itu hidup dalam kondisi bagai budak, dipukuli bila tak membawa cukup hasil mengemis.
Penulis Senegal, Aminata Sow Fall, yang menulis buku mengenai mengemis, mendesak pemerintah untuk mengambil prakarsa dalam penciptaan lapangan kerja. ”Kita harus menemukan struktur untuk membantu para pengemis. Kalau mereka bisa bekerja, berikan mereka pekerjaan.”
Kamis, tidak tampak pengerahan polisi untuk penerapan UU itu dan para pengemis tetap beraksi. (AP/AFP/Reuters/DI)
Sebuah laporan oleh sebuah organisasi HAM internasional tahun ini menggambarkan bagaimana anak-anak yang menjadi murid-murid sekolah —ada yang baru berusia 4 tahun— dipaksa mengemis dan dipukuli kalau tidak membawa hasil. ”Kalau Anda tidak pulang dengan 250 franc (sekitar Rp 5.000), Anda bisa menderita segala macam teguran,” kata Abdourahmane Ka (12), yang tinggal di pinggiran Dakar.
PM Souleymane Ndene Ndiaye, Selasa malam, mengatakan, mereka yang mengemis akan mendapat tempat tinggal kalau meninggalkan aksi mereka di jalan-jalan Dakar dan kota-kota besar lain untuk menerima bantuan dari badan-badan amal. ”Pemerintah memulai tindakan yang lebih efektif untuk memberantas mengemis, yang dilarang oleh hukum,” katanya.
Eksploitasi murid
Dalam sebuah pernyataan, pemerintah menyatakan telah ”menginstruksikan pihak berwenang dan polisi untuk memberlakukan undang-undang yang melarang mengemis mulai Kamis”. Pemimpin-pemimpin keagamaan di Senegal, yang dikenal sebagai marabouts, mempunyai pengaruh politik yang besar di negara itu. Orangtua-orangtua mengirim anak-anak mereka ke sekolah-sekolah keagamaan yang dikelola marabouts.
Mereka berharap anak-anak mereka mendapat pendidikan agama, juga karena sekolah gratis. Namun, beberapa marabouts membuat sekolah itu menjadi industri eksploitatif dengan memaksa anak-anak muridnya meminta-minta di jalan.
Laporan Human Rights Watch menyebutkan, sedikitnya 50.000 anak di negara 12 juta penduduk itu hidup dalam kondisi bagai budak, dipukuli bila tak membawa cukup hasil mengemis.
Penulis Senegal, Aminata Sow Fall, yang menulis buku mengenai mengemis, mendesak pemerintah untuk mengambil prakarsa dalam penciptaan lapangan kerja. ”Kita harus menemukan struktur untuk membantu para pengemis. Kalau mereka bisa bekerja, berikan mereka pekerjaan.”
Kamis, tidak tampak pengerahan polisi untuk penerapan UU itu dan para pengemis tetap beraksi. (AP/AFP/Reuters/DI)
Comments :
0 comments to “Murid-murid Diminta Mengemis”
Post a Comment